Pelajaran dari Ketela


penulis: Heren

Pagi-pagi, aku berdiri di depan jendela menghadap halaman. Di tengah kesibukan pikiran yang terus bergerak untuk mengingat, mengevaluasi, mencari ide, mengatur ini dan itu, tiba-tiba mataku menangkap beberapa batang tipis dengan daunnya di tanah halaman yang kering dan belum terurus tersebut.  Ada beberapa yang masih sangat pendek dan baru muncul, tapi ada satu yang paling tinggi, pasti sudah lebih lama tumbuhnya. Ketela, ya itu adalah tanaman ketela yang bulan lalu telah dibabat habis beserta akar-akarnya, tapi sekarang ketela itu hidup lagi di atas tanah yang kering dan mulai nampak retak-retak.

“Bagaimana dia masih bisa bertahan setelah dibabat?” “Bagaimana ketela itu masih bisa tumbuh di tempat yang sudah tidak mungkin? Aku bahkan tak sempat menyiram tanah itu dan tidak ada hujan”. Tapi aku teringat ketela itu lumayan enak rasanya dan daunnya bisa dibuat sayuran, “lumayan” pikirku sambil tersenyum sendiri.  Tapi rasa syukur itu tidak menepis pertanyaanku yang sangat awam soal pertanian dan tanaman, “kok bisa hidup di tanah yang seperti itu? Sementara aku tidak mengambil bagian sedikitpun untuk merawatnya” Di tengah minimnya wawasanku tentang ilmu tumbuh-tumbuhan aku teringat adanya bunga, pohon dan rumput yang tetap bisa hidup setelah nampak mati selama beberapa bulan musim salju, atau pohon-pohon yang tetap bisa hidup sekalipun diterpa salju yang tebal. Teringat bahwa Tuhan menciptakan setiap mahluk hidup itu unik, dan ditempatkan sesuai dengan bagaimana dia diciptakan.  Ketela diciptakan dengan kemampuan bertahan di kekeringan tertentu yang bagi saya rasanya rumputpun mungkin malas tumbuh di sana.  Namun realitanya Tuhan menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh ketela itu untuk tumbuh di sana, dan ketela itu tidak tumbuh sendirian, juga tidak tanpa tujuan,  ia ada untuk memenuhi kebutuhan hidup mahluk lain.

Mataku berpaling dari jendela menuju ke lemari pajangan, melihat bayangan diri sendiri di cermin, dan aku paham apa artinya ilustrasi ketela itu bagi  hidupku secara pribadi. Terima Kasih Tuhan.

Leave a comment