Relationship goal yang Asli vs Palsu


 

relationship goal

Relationship goal bukanlah sekadar sesuatu yang kita abadikan lewat kamera atau pamerkan di media sosial. Semua yang nampak di depan mata memang menarik, namun apa yang ada di balik itu jauh lebih penting. Inilah 5 relationship goals yang benar benar penting untuk menopang perjalanan relasi sampai pernikahan.

 

“Relationship goal banget!”

 

Satu komen singkat ini menjadi melejit  di dunia maya sebagai respons terhadap postingan seorang insta saleb yang penuh dengan sensualitas serta gaya pacaran yang luar biasa: heboh dan kelewat batas.

Makna ‘relationship goal’ dibengkokkan, hanya karena si pemberi komentar memiliki impian untuk mempunyai pacar yang bisa diajak pacaran super romantis, sensual, dan vulgar.

 

Saat ini banyak remaja yang mengidentikkan relationship goal dengan pacaran yang kelewat batas bahkan layaknya hubungan suami dan istri.  Lebih dari itu anak-anak muda tersebut ikut memimpikan dan ingin mewujudkannya.

 

Guys,

Relasi pacaran gak sama dengan relasi pasangan yang sudah menikah. Itu mungkin relationship goal-nya si komentator, tapi yang jelas bukan makna dari relationship goal yang sejati.

Mau tahu curcol dari mereka yang berpacaran dengan “terlalu”…. ?

 

Bosan pacaran.

 

Sudah hampir memasuki persiapan nikah tapi perasaan malah jadi hambar terhadap calon suami/istri.

 

Peluk, cium, bahkan  hubungan intim dalam pacaran yang tadinya mereka pikir akan mempererat ikatan dan ketertarikan satu sama lain malah membuat mereka merasa hambar saat menatap gerbang pernikahan yang sesungguhnya.

 

Bagaimana tidak? Keintiman relasi yang dirancang Tuhan untuk menjadi kejutan dan hadiah di dalam pernikahan sudah dirampas dan dieksploitasi sebelum saat yang spesial tersebut. Perilaku lancang dalam pacaran membuat pernikahan kehilangan keistimewaan dan pasangan kekasih jadi tak bergairah untuk melangkah memasukinya.

 

Pacaran yang penuh nafsu dan sensualitas bukan relationship goal yang sesungguhnya.

 

Makna relationship goal dari yang indah dan mulia telah dibengkokkan. Tujuan pacaran diubah sesuai dengan imajinasi dari pikiran mereka yang sudah tidak jernih lagi.

 

Lalu, apa relationship goal yang sesungguhnya dari hubungan pacaran? Jawabnya satu: pernikahan.

 

Pacaran bukan sekadar coba-coba atau sekadar mencari orang yang bisa menemani, karena jika demikian, bukankah lebih baik berteman atau bersahabat saja? Lebih dari itu, pacaran bukan untuk mengumbar nafsu. Pacaran adalah langkah menuju pernikahan.

 

Masalahnya, pribadi seperti apakah yang dirindukan untuk dinikahi? Berikut adalah 5 hal yang didambakan oleh setiap orang dalam relasi istimewa tersebut:

 

  1. Seorang Pengagum Sejati

Pernah nge-fans berat dengan seseorang? Gimana rasanya? Rasanya semua tentang si dia menarik bagi kita, bukan? Dari model rambut sampai pilihan sepatunya.  Apa pun yang dia lakukan menarik perhatian kita.  Karakter dan sifatnya juga membuat kita terkagum-kagum.  Begitu juga apa yang seseorang rasakan ketika tertarik dengan seseorang yang hendak dijadikan pendamping hidupnya.

Kamu pun tentunya menginginkan fans sejati.  Fans sejati adalah orang yang tertarik dengan apapun yang ada pada diri kamu.  Mulai dari apa pun yang kamu pakai, apa yang kamu lakukan, pokoknya banyak hal dalam dirimu dikagumi olehnya.  Ia tidak suka mencemooh prestasi dan kelebihan-mu, tapi adalah orang yang bangga dengan kelebihan-mu.

Fans sejati terus memikirkan kamu dimanapun ia berada dan  sangat berhasrat untuk berada di dekat-mu, bukan untuk mempermalukan kamu, tapi untuk memberi support padamu.  Ia bahagia banget kalo bisa dekat kamu, dan ia berharap kehadirannya dapat membahagiakan kamu juga.

Semua orang merindukan untuk dikagumi dan disupport oleh satu pribadi istimewa layaknya seorang fans sejati tersebut hingga masuk ke pernikahan, dan hingga akhir hayat.

 

  1. Seorang Sahabat yang Sejati

Selain memiliki kriteria fans sejati, tujuan-mu berelasi dekat tentunya untuk mendapatkan orang yang juga bisa diajak curhat tanpa dihakimi.  Seseorang yang dapat bercanda denganmu dalam suka, menangis bersamamu dalam duka, namun juga dapat menegor kesalahanmu dengan penuh kasih agar kamu tak terjerumus dalam lubang penderitaan akibat terlalu jauh menyimpang.  Hanya seorang sahabat yang dapat melakukan hal ini.

Apakah kekasihmu saat ini juga bisa menjadi sahabat bagimu?

  1. Seorang Rekan yang Kompak

Oleh karena relationship goal yang sesungguhnya dalam pacaran adalah pernikahan, tentunya kita ingin pasangan hidup yang dapat diajak kerjasama dengan kompak.  Pernikahan adalah arena kehidupan yang rumit, yang hanya bisa dinikmati dan dijalani dengan lebih ringan jika sepasang suami istri dapat menjadi partner dan bekerja sama dengan luwes dan kompak.  Mulai dari urusan rumah tangga, mengurus anak, mencari nafkah untuk menopang kehidupan seluruh anggota keluarga, semua butuh keselarasan, kata sepakat, dan saling mendukung.

Partner adalah orang yang setara derajatnya.  Partner yang sejati akan saling menghormati agar relasi dan teamworknya tetap langgeng dan sukses.

Perjalanan relasi-mu menuju pernikahan adalah menemukan orang yang juga memiiki kriteria sebagai partner sejati yang kompak tersebut.

 

  1. Seorang yang Menerima Kamu Apa Adanya

Seorang pria jatuh cinta pada seorang gadis, namun gadis itu ternyata memiliki syarat yang tinggi untuk calon suaminya. Wanita muda cantik itu punya standart bahwa suaminya haruslah orang yang memiliki sejumah kekayaan tertentu.  Pria tersebut bekerja keras untuk dapat mencapai gadis pujaannya. Dan ‘nasib’ baik membawanya pada kesuksesan di usia muda dalam pekerjaannya, dan ia berhasil meminang sang kekasih hati. Sayangnya nasib baik itu tak selalu berpihak padanya, baru menjalani 8 tahun pernikahan, krisis moneter menerpa, perusahaan pria ini turut tergilas habis. Propertinya  dalam waktu singkat habis. Sang istri pergi meninggalkan suami dan 3 anaknya, lari dengan pria lain yang menawarkan kenyamanan dan fasilitias baginya.

Akhir kisah, pria tersebut meninggal dalam penderitaan dan luka hati mendalam.

Carilah seseorang yang menerima kamu apa adanya, yaitu dia yang bersedia mengasihi kamu tanpa syarat sekalipun memang pada awalnya pasti ada kelebihan pada dirimu yang menjadi daya Tarik baginya.

Kasih yang tanpa syarat akan memampukan seseorang untuk mencari solusi di tengah masalah yang menerpa kekasihnya, bukan malah memberi skak matt.

Kasih yang tanpa syarat akan membangunkan seseorang yang sekalipun sebelumnya tidak punya keahlian tertentu, untuk berkarya demi menopang pasangannya agar tak tergeletak oleh dera badai.

Menemukan pasangan yang menerima kamu apa adanya dengan kasih tak bersyarat, hal itu sepatutnya yang kamu incar dari sebuah relasi dekat.

 

  1. Seorang yang Setia

Saya pernah mendengar, entah orang itu serius atau tidak, mengatakan demikian “kalau pasanganku selingkuh? Santai aja… ikut selingkuh juga.  Gitu aja kok repot!”  Pada jaman ini, sudah mulai banyak orang yang memandang enteng kesetiaan. Menganggapnya bukan hal penting.

Namun sekalipun demikian, dari lubuk hati yang terdalam, semua orang membutuhkan pasangan yang setia yang akan memberikan rasa aman dalam hidupnya.  Hidup bak berada dalam satu ruangan dengan bom waktu saat berdampingan dengan orang yang tidak setia.  Sewaktu-waktu bomb dapat meledak, sekalipun mungkin saja ada mujizat, tapi fakta umum bahwa orang yang tidak menjujungk tinggi kesetiaan akan benar-benar berselingkuh, itu lebih menggelisahkan jiwa.

Kesetiaan adalah sebuah sifat yang patut kamu cari dalam relasi istimewamu dengan si dia.

 

Untuk bisa mendapatkan orang dengan 5 kriteria di atas, tentunya harus dimulai dari diri kamu sendiri dahulu:

Jangan egois dengan berharap pasangan terus bertahan memikirkanmu padahal kamu ga pernah memikirkan kesejahteraannya.

Jagan berharap mendapat sahabat sejati, jika kamu sendiri tidak bersahabat.

Jangan bermimpi untuk berpartner dengan kompak kalau kita sendiri orang yang sulit diajak kerjasama.

Jangan menuntut untuk diterima apa adanya sementara kamu sendiri selalu melihat “ada apa-nya”

Jangan berharap mendapatkan orang yang setia, padahal kita sendiri tidak setia.

 

 

 

Manfaat dari Kejujuran untuk Mengatakan Hal yang Sebenarnya


Screenshot_2018-09-15-22-08-32-543_com.android.chrome

Di dunia ini ada terlalu banyak alasan untuk berkata tidak jujur.

Pedagang mengatakan bahwa kalau jujur maka ia bisa terus terusan rugi. Ini adalah alasan yang tidak jujur, karena sesungguhnya risiko yang terjadi adalah ia mendapat untung tipis, atau sesekali rugi.

Politisi berkata bahwa tidak bisa menang di gelanggang politik jika jujur. Kebohongan adalah “modal” untuk mencapai kemenangan. Pada kenyataannya rakyat lebih mencintai dan memilih orang jujur untuk menjadi negarawan hingg kesejahteraan mereka terjamin.

Para pecandu pornografi mengatakan kecanduannya adalah biasa dan semua orang juga seperti itu. Padahal ada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak terikat pornografi.

Alasan untuk tidak jujur berisi ketidak-jujuran itu sendiri .

Daripada terus berkelit mempertahankan prilaku berbohong, lebih baik kita mempelajari 8 manfaat berkata jujur yang saya kutip dari Barbara A Lewis  dalam bukubya Character Building untuk Remaja di bawah ini :

1. Mengatakan yang sebenarnya memungkinkan semua orang tahu apa yang sedungguhnya terjadi. Lebih kecil kemungkinan terjadi salah pengertian

2. Mengatakan dengan jujur melindungi melindungi orang yang tak bersalah dari hukuman

3. Memungkinkan semua orang belajar dari apa yang terjadi

4. Biasanya kamu mengalami lebih sedikit masalah karena berkata jujur dari pada berbohong (dan ketahuan ..wkwk)

5. Orang jadi lebih percaya padamu

6. Kamu tidak perlu repot mengingat ingat kebohongan sebelumnya untuk menjadikan ceritamu dapat dipercaya

7. Reputasimu baik dan dihargai orang

8. Kamu merasa tentram dan damai di hati.

Baca juga

Membangun Kejujuran

Kebohongan-kebohongan yang dipercaya Pecandu Pornografi

Sering Memarahi Anak Menyebabkan Anak Suka Berbohong

 

Makanan Rumahan adalah yang terbaik untuk keluarga


IMG-20180911-WA0009

Apa yang paling membahagiakan bagi setiap keluarga selain keharmornisan adalah selalu tersedianya makanan yang lezat saat tiba di rumah melepas penat?

Ya, makan di rumah memang memberi kesan dan kebahagiaan tersendiri bagi setiap anggota keluarga.

Suami pulang ke rumah ingin melepas penat dari pekerjaan langsung lega saat melihat makanan lezat tersedia di atas meja.

Masih ingatkah Bunda saat masih masa sekolah dulu?  Sebagai seorang anak, kita tiba di rumah dengan perut lapar dan langsung menuju meja makan untuk melihat menu apa yang disediakan ortu kita, bukan?

Tapi, di jaman now ini, bunda pun seringkali harus turut membantu kepala keluarga jika ingin mencari nafkah yang cukup. Untuk soal makanan lebih sering membeli di luar.

Bunda bisa tetap bisa membahagiakan seisi keluarga denga  menghadirkan makanan rumahan yang sehat dan lezat di dalam rumah dengan memesan menu rumahan yang disediakan oleh Mom’s Kitchen Palembang. Cukup follow ig @momkitchenn untuk melihat update menu harian dan order di nomer WA yang tersedia di informasinya.

Mom’s Kitchen menyediakan berbagai jenis makanan mulai dari cathering, camilan khas Palembang, pudding cantik, hingga kue kering dan bolu yang rasanya yummy..maknyuss..

Untuk yang berada di luar palembang dan kangen berat ingin makan peempek, burgo, lakso, mie celor dll asli buatan ” wong palembang  nian” ga perlu nunggu tamu dari palembang datang ke kota Anda. Mom’s kitchen juga melayani pengiriman keluar kota dengan menggunakan jasa expedisi express untuk jenis makanan yang tahan tidak rusak tiba di tujuan.

So, ga sempat masak tsk masalah, Bunda tetap bisa hadirkan masakan rumahan lezat bagi keluarga. Pesan segera ke Mom’s Kitchen

IMG-20180911-WA0008.jpg

Bebas Dari Hutang : Eksposisi terhadap surat Roma 13


Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi.

Setelah tahu tentang Hutang Dan Dampak Buruknya  , pertanyaannya “Bagaimana Bisa Hidup Bebas dari Hutang?” Dari eksposisi terhadap Roma 13, saya menemukan beberapa faktor yang membentuk kebiasaan berhutang.  Dengan membuang faktor tersebut kita dapat menjalani hidup yang merdeka dari kebiasaan berhutang.

1. konsep yang salah tentang “wajar” untuk berhutang jika…

Berdasarkan dorongan Paulus kepada jemaat di kota Roma bahwa orang Kristen tetap harus tunduk pada pemerintah dan membayar pajak, nampaknya ada sebuah konsep yang dipercaya secara massal di tengah jemaat bahwa adalah wajar mereka tidak mau tunduk pada pemerintah dan tidak mau membayar pajak jika pemerintah itu tidak memenuhi harapan dan mengecewakan mereka. Dalam konteks masa itu, pemerintah Romawi memang melakukan praktek menindas rakyat yang bukan berwarga negara roma dengan pajak dan bea cukai yang tinggi. Belum lagi ditambah adanya berbagai kebijakan yang tidak adil.

Paulus mengingatkan mereka:

Roma 13:1-10 (TB) Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.

Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.

Hutang pada dasarnya adalah sebuah kealpaan untuk mengembalikan apa yang dimiliki oleh pihak lain.

Dalam konteks surat Roma, sebagian jemaat di Roma berhutang dengan cara tidak mau memberikan hormat dan penundukkan diri yang sejatinya merupakan hak dari setiap pemerintah. Penolakan tersebut berwujud keengganan membayar pajak. Alasan mereka karena pemerintah Romawi tak cukup baik karakternya karena semestinya pemerintah Romawi lebih bersikap adil, semestinya lebih murah hati dan tidak menindas, semestinya lebih peduli, semestinya..semestinya..

Hal serupa juga yang seringkali dialami banyak orang terhadap pribadi atau lembaga yang kepadanya mereka berhutang.

Seorang pegawai meminjam uang perusahaan, semakin hari pinjaman makin tinggi bukan karena bunga hutang, tapi karena ia terus berhutang tanpa membayar hutang lama. Akhirnya ia mengundurkan diri , atau lebih tepatnya “lari” dari tempat kerjanya. Ketika ditanya apa alasan ia terus menciptakan hutang baru tanpa membayar hutang lama, alasannya karena perusahaan tak memberinya “penghargaan” yang cukup atas prestasi dan sumbangsih kerjanya. Pegawai ini telah dibayar gajinya sesuai perjanjian dan gajinya adalah yang tertinggi di banding semua pegawai lain. Namun, ia ia meminjam dan tidak bersedia mengembalikan karena berpikir bahwa perusahaan semestinya memberi bonus lebih, semestinya menaikkan gaji karena prestasi, semestinya..semestinya..

Dalam sebuah bimbingan karakter, saya pernah mencegah seseorang yang  ingin meminjam uang dari tantenya yang bersumbangsih terlalu sedikit dalam membantu keluarga. Ya, sebuah rencana berhutang dalam kegeraman tanpa ada rencana untuk membayar hutang tersebut.

Firman Tuhan hanya berkata “jangan” untuk hal dosa. Jangan berhutang (dengan menunggak tanpa kejelasan kapan akan membayar) setara dengan peringatan jangan mengambil milik orang lain (mencuri).

Sama seperti pencurian tergolong dosa dan pelanggaran hukum pidana, demikian juga hutang, ada konsekuensi hukumnya. Konsekuensi hukum ini yang sering ditakuti oleh pelaku hutang

Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya.
Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. (Roma 13:  3-5)

Lari adalah ekspresi takut. Takut pada hukuman dan konsekuensi timbul pada mereka yang berbuat jahat. Berhutang tanpa niat mengembalikan adalah jahat di mata Tuhan. Untuk mencegah ketakutan semacam ini, setiap orang harus mengoreksi motivasi dan keinginannya berhutang, serta membuang konsep “wajar” berhutang karena pemberi piutang semestinya ini dan itu. .

Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.
Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.
Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.

Lakukan apa yang benar, berikan apa yang merupakan milik orang / pihak lain dan jangan dengan sengaja menahannya atau memberinya kepada orang lain yang bukan pemiliknya.

2. Terlalu Mengasihi Diri Sendiri

Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.t
Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain mana pun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!
Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.

Awalnya cukup membingungkan bagi saya, mengapa peringatan jangan berhutang dikontraskan dengan kasih dalam satu kalimat? Bahkan dilanjutkan dengan nasiihat mengasihi secara lebih panjang di kalimat demi kalimat selanjutnya.

Bila kita kembali menyadari bahwa hutang adalah kelalaian memberi hak milik orang lain, maka tidak mengherankan bahwa Alkitab menghubungkan hutang dengan kelalaian untuk mengasihi orang lain. Perintah Tuhan adalah untuk kita mengasihi sesama sama seperti kita mengasihi diri sendiri. Sama seperti kita tidak ingin dirugikan dan dibuat susah, demikian pula kita jangan merugikan dan membuat susah orang lain.

Sesungguhnya kebiasaan menumpuk hutang dan menahan pembayarannya adalah berakar dari hati yang terlalu mengasihi diri sendiri melebihi siapapun di sekitarnya.

Aplikasi terhadap uraian 2 poin pembahasan di atas dapat menjadi tips bagi kita untuk hidup bebas dari hutang:

1). Jangan merasionalisasi kebiasaan berhutang dengan alasan kita layak mengambil tanpa mengembalikan karena kekurangan karakter baik dalam pemilik uang tersebut.

2) Latih diri untuk mengasihi orang lain setara dengan mengasihi diri sendiri. Belajar untuk terus memikirkan efek buruk perbuatan kita terhadap orang lain dan hindari hal itu.

3. Percaya bahwa Tuhan mengasihi kita lebih dalam dari kasih kita terhadap diri sendiri. Dalam ketaatan seperti ini kita akan melihat bagaimana Tuhan secara ajain memenuhi kebutuhan kita tanpa harus berhutang.

Penulis : Heren

 

Pempek dan krupuk Palembang Lezat dan Sehat


IMG_20180911_184216_894Guys, happy banget waktu pertama kali mencoba pempek dan kerupuk palembang produk Toko 601 ini. Pasalnya dari dulu kalo saya makan gorengan, ujung-ujungnya kalau bukan batuk, radang tenggorokan deh. Nah, yang bikin happy, setelah nyobain pempek dan kerupuk goreng 601 saya sehat-sehat aja, nggak batuk ato radang.

 

Pas kesempatan ngobrol sama yang punya, saya dikasi tahu kalo setiap produk gorengan 601 itu digoreng pakai minyak pertama! Sementara banyak pembisnis kuliner yang rela nurunin kwalitas demi tetap untung gede, Toko 601 justru memilih mempertahankan kualitas tanpa takut rugi.

Obrolan itu belasan tahun lalu. Pas beberapa bulan lalu saya balik palembang dan makan pempek n krupuk 601, ternyata kualitas dan rasanya tetap bertahan. Mantap!
Lebih mantap lagi karena ternyata 601 juga melakukan penjualan online. Jadi kapan pun kangen kerupuk dan pempek palembang, tinggal order deh.
Bagi kamu yang kepingin coba order pempek atau kerupuk 601 , bisa kontak ke 0711351837 atau WA 085102756000 / 0811718601

IMG-20180911-WA0006
#kerupukpalembang
#kerupukpalembangasli
#pempek #pempekpalembang #toko601 #kuliner #kulinerpalembang #pempekonline

 


Ingin mencoba beriklan di blog ini? Murah meriah. Kontak +6282131333672

Hutang Dan Dampak Buruknya


hutang2

Penulis: Heren

Pertengkaran sengit di antara dua wanita, yang satu berhutang, yang lain dipiutangi, berlangsung di dalam sebuah acara talkshow TV pagi hari, disirami “bensin” oleh pengacara dari wanita yang memberi hutang. Saya sebenarnya lebih suka suasana tenang tanpa suara TV tersebut, namun karena pasien lainnya ingin menonton mengatasi kebosanan mereka, saya hanya diam mencoba mendengarkan musik instrument sambil bermeditasi. Namun suara tinggi dan kencang dua wanita yang bersiteru di program TV tersebut akhirnya membuat saya mengarahkan telinga saya mendengar perdebatan mereka dan membuka tirai pembatas di ujung tempat tidur saya melihat layar TV.

Dari tontonan sekitar 30 menit itu, saya mendapati bahwa yang berhutang merasa hutangnya yang 100 juta sudah lunas dan tinggal tersisa 15 juta saja, sementara yang dihutangi tidak puas serta merasa ditipu, karena perjanjian awal hutang ia dijanjikan beroleh bunga besar dengan pelunasan satu tahun, namun ternyata hutang itu diangsur bertahun-tahun, bukan hanya ia tak mendapatkan bunganya, tapi masih ada tunggakan 15 juta dari hutang pokok.  Tampak wanita yang memberikan hutang menyatakan sakit hatinya karena gara-gara hutangnya tak dibayar, ia dan keluarganya sendiri harus menanggung susah karena kesulitan ekonomi.

Entah kenapa, tayangan ini kok muncul pas beberapa hari setelah saya memanggil orang yang berhutang pada saya dan menyatakan bahwa saya tidak ingin menagih hutangnya lagi.  Saya bisa merasakan perasaan ibu si pemberi hutang tadi, di saat semestinya tak harus kesulitan memenuhi kebutuhan harian, malah harus tertatih-tatih dan panik karena persedian uang yang mestinya cukup malah ada di tangan orang lain yang meminjam namun tak kunjung kembali.  Bedanya, saya memutuskan untuk melepaskan diri dari sakit hati dengan menutup kasus hutang, membebaskan si penghutang dan tidak mengejarnya.   Sementara si ibu di TV makin memupuk sakit hati bertahun-tahun dengan tuntutan hutang dan bunganya dibayarkan kepadanya sesegera mungkin.

Setelah itu, kisah persoalan dan kasus hutang dari berbagai orang terus bergema, mendorong saya untuk membuka bagian Firman Tuhan yang pernah mendidik saya untuk tidak berhutang.

Janganlah kamu berhutang apa-apa   kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. (Roma 13:8)

Apa itu hutang?

Dari wikipedia saya mendapatkan definisi singkat dan sederhana “hutang adalah sesuatu yang dipinjam”

Dari sebuah blog tetangga saya mendapatkan definisi “utang adalah Kewajiban suatu badan usaha / perusahaan kepada pihak ketiga yang dibayar dengan cara menyerahkan aktiva atau jasa dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat dari transaksi di masa lalu.”

Dari Roma 13 saya mendapat penjelasan tentang jemaat Kristen di Roma yang enggan membayar pajak pada pemerintah Romawi yang sedang memerintah mereka saat itu.  DAri penjelasan beberapa ayat itu saya menyimpulkan hutang adalah sesuatu yang menjadi hak milik orang lain yang sedang berada dalam genggaman seseorang ang sepatutnya dikembalikan sesegera mungkin kepada sang pemilik.

Dalam konteks Surat Roma, hutang tak sekedar berupa uang atau harta, tapi juga berupa perbuatan baik kepada orang lain, sikap hormat yang patut diterima orang lain, dan juga hak asasi orang lain yang tidak boleh dilanggar, dimana ketika seseorang melanggar hak asasi orang tersebut, misalnya membunuh orang itu, mencuri barang miliknya, merebut pasangannya dan sebagainya, surat Roma 13 menyebut hal tersebut sebagai kejahatan, sebuah kealpaan untuk “memberi” kebaikan dan kasih yang patut dimiliki orang lain.

Ternyata hutang luas sekali konteksnya. Namun dalam kesempatan ini, saya hanya mampu membahas 1 topik saja, hutang uang.

Apakah Benar Kita Tidak Boleh Berhutang Sama Sekali?

Setiap kita pasti pernah berhutang. Siswa sekolah pasti pernah mengalami lupa membawa peralatan tulis tertentu lalu meminjamnya dari guru atau temannya.  Saya sendiri kadang harus menghadapi bahwa ternyata cash yang dibawa tidak cukup sehingga terpaksa menggunakan kartu kredit yang sama halnya dengan berhutang.  Hutang adalah sistem yang menolong di tengah keterdesakan dalam jangka waktu pendek.  Jika hutang segera dibayarkan secepat mungkin tanpa harus membuat yang dihutangi jengkel, atau membuat kita harus terlilit hutang yang lebih besar karena terjerat bunga hutang, maka hutang tidaklah menjadi masalah.

Hutang juga menjadi masalah ketika itu menjadi kebiasaan dan pola yang berulang-ulang.  Bahkan ada orang yang sengaja menjadikan hutang sebagai bagian dari sistem pengelolaan keuang keluarganya, dengan gali lubang, lalu berusaha menutup lubang itu dengan menggali lubang lain yang lebih besar lagi!!

Dampak Buruk dari Kebiasaan Berhutang dan Menunggak

1. Merusak Relasi dengan Sesama

Kisah pertengkaran dua wanita di acara TV yang saya ceritakan di atas jelas, menunjukkan kerusakan relasi di antara teman yang berawal dari hutang dan janji bunga, berujung pada kekeceweaan.

Harus diakui ada orang-orang tertentu yang memberikan hutang karena sikap “tamak” yang ingin memakan bunga dari hutang yang diberikannya.  Nafsu tamak yang tak terpuaskan, malah terganti dengan kekecewaan karena bukan hanya tak mendapatkan keuntungan, malah ia sendiri harus menderita dalam perjalanan menantikan dana miliknya kembali ke dompet pribadinya.

Kekecewaan diungkapkan dalam kemarahan dan tuntutan yang penuh kebencian, itu yang merusak relasi.

Namun terhadap pemberi hutang yang tulus tanpa mengharapkan bunga pun kerusakan relasi tetap sering terjadi.  SAudara, setiap orang memiliki siklus hidupnya sendiri, adakalanya ekonominya sedang kuat, adakalanya ekonominya melemah.  Hutang yang lama tak terbayar, melewati berbagai masa sulit si pemberi hutang, menimbulkan rasa kecewa dan cemas yang  tak akan muncul jika hutang itu segera dibayarkan sebelum ia mengalami kesulitan ekonomi juga .  Dalam keadaan keuangan yang baik-baik saja, orang bisa saja mengbaikan atau mengacuhkan hutang orang lain kepadanya, tapi dalam keadaan terdesak dan butuh dana, tiba-tiba otaknya bisa mengingat siapa saja yang berhutang dan berharap kesulitan finansialnya teratasi dari pembayaran hutang.  Harapan hutang dibayar di tengah himpitan finansial inilah yang menyebabkan rasa marah dan sakit hati jika haknya untuk menerima kembali uang miliknya tak terwujud.

 

2. Merusak Kredibilitas dan Trust

Ada orang-orang yang memilih untuk membebaskan hutang orang lain sekalipun ia sendiri tengah dalam kesulitan dana. Pilihan menutup kasus hutang ditempuh daripada harus menanggung sakit hati berkepanjangan. Lega.  Tapi, seekor keledai pun tidak akan jatuh dalam lubang y ang sama.  Orang-orang seperti ini memilih untuk tidak lagi percaya, dan tidak lagi meminjamkan hutang apapun kepada penghutang yang selalu mengulur waktu membayar hutangnya bahkan di saat ia memiliki dana yang cukup untuk membayar hutang tersebut.

3. Memporak-porandakan kehidupan sehari-hari

Entah berapa banyak kasus, orang-orang yang lari meninggalkan keluarga, pekerjaan, dan lingkungan sehari-harinya karena terjerat hutang.  Takut ditangkap, takut dipenjara, takut dipukuli oleh algojo penagih hutang.  Hidup sebagai pelarian dengan identitas  yang disembunyikan.  Kebahagiaan semacam apa yang bisa diraih dari efek hutang yang seperti ini?

4. Merusak Spiritualitas

Media dan teman (yang ngawur) seringkali menawarkan tips berhutang yang “jitu dan aman” dari orang maupun dari kartu kredit.  Tanpa perlu gaji besar, Anda bisa menikmati fasilitas dan belanja sepuasnya, cukup dengan memutar uang, berhutang lalu bayar hutang dari hutang lain, begitu seterusnya diputar.

Ketika seseorang memutuskan memakai cara berhutang sebagai program mengelola hidup dan rumah tangganya.  Orang itu telah memutuskan kebergantungannya pada Tuhan, dan tidak menghormati Tuhan sebagai sumber pemenuh kebutuhannya.  Ia pun juga tidak taat untuk hidup sesuai berkatnya hingga menuntut berkat dari hutang.  Hutang sebagai pola cara hidup adalah sebuah ketiadaan dari penguasaan diri yang merupakan buah Roh dari sebuah spiritualitas sejati.

Orang yang hidupnya bergantung pada Tuhan, akan bekerja keras dan mengatur pengeluaran sesuai dengan kemampuan. Tidak memenuhi keinginan nafsu mata dan perut secara serakah dengan berhutang.  Orang yang takut akan Tuhan tidak mengorbankan milik orang lain demi gengsi dirinya atau demi kepuasan diri sendiri.

Pada akhirnya, mereka yang merasa telah menggunakan “cara pintar” mengelola hutang lebih banyak yang akhirnya terpeleset,  karena uang bunga lebih besar dan makin besar hingga menggunung! Sementara yang lain, yang mencoba bermain “aman” hutang tanpa bunga, harus menanggung caci maki dari teman-teman yang ia pinjam uangnya. Serta merasa “ditinggalkan” oleh Tuhan (padahal dirinya sendiri yang meninggalkan Tuhan dengan ketidak-taatannya pada pimpinan Tuhan).

Jauhi hutang, dekati Tuhan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rumah Kost yang Nyaman


IMG_20180721_102821_457Tempat kost memang banyak, tapi tempat kost yang ibu kostnya peduli? Cukup langka. El Kost Palembang berbeda! hadir sebagai tempat kost dengam visi menjadi rumah yang menghadirkan berkat dari kepedulian dan kasih terhadap anak anak kost.

Berawal dari hati yang mengasihi anak anak muda dan ingin mereka hidup dalam komunitas yang positif. Ibu Lena Wijaya beserta suami membuka tempat kost ini yang diberi nama El Kost, di Palembang.

“Saya akan pantau mereka yang kost” kata ibu Lena wijaya yang memiliki hati ibu bagi kaum muda ini. Cocok untuk mereka yang kuliah maupun bekerja. Silakan hubungi nomer kontak di gambar flyer  bagi yang butuh kost.
#kostpalembang #kostbersihpalembang #kostbulananpalembang #komunitaskristen

 


Iklan murah dan efektif di catatanheren.wordpress.com. cocok untuk usaha kecil.   semua iklan yang masuk juga dishare di instagram dan FB page catatanheren.  Hubungi WA +6282131333672.